Santri SQ Wahdah Asah Nalar dan Hati Lewat Literasi Pagi

Dr. Syamsuddin, kegiatan ini bukan sekadar membaca, tetapi juga melatih santri untuk mereproduksi kembali apa yang mereka baca

CIBINONG WAHDAHEDUMAGZ.COM — Suasana pagi di Sekolah Qur’an (SQ) Wahdah Cibinong tampak berbeda. Para santri duduk tenang  di aula dengan buku di tangan masing-masing. Kegiatan bertajuk “Literasi Pagi” ini menjadi agenda rutin yang bertujuan menumbuhkan budaya membaca dan berpikir kritis di kalangan santri, Kamis (16/10/2025).

Menurut penanggung jawab kegiatan, Dr. Syamsuddin, kegiatan ini bukan sekadar membaca, tetapi juga melatih santri untuk mereproduksi kembali apa yang mereka baca.“Kami ingin mereka tidak hanya memahami isi buku, tetapi juga mampu menuliskannya kembali, menafsirkan, dan mengaitkan dengan realitas kehidupan mereka. Meski singkat, kegiatan ini melatih daya ingat, kemampuan berpikir, dan kepekaan hati,” ujarnya.

Ia menambahkan, setelah menyelesaikan satu buku, para santri akan mempresentasikan hasil bacaannya di hadapan teman-teman dan pembina. Dari hasil tersebut, pihak sekolah akan melihat sejauh mana pemahaman santri dan mungkin merekomendasikan bacaan lanjutan yang sesuai.

“Kami juga ingin tahu buku-buku mana yang paling efektif membentuk karakter santri. Kalau ada buku bagus, kami akan jadikan bacaan lanjutan,” tambahnya.

Membaca, Mengisi Waktu dengan Kebermanfaatan

Salah satu santri kelas 12, Mirsaq Arnanda, mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga dari program literasi pagi ini. Ia baru saja menuntaskan buku berjudul “Berserah, Bukan Pasrah” yang menurutnya sangat menggugah.

“Buku ini mengajarkan saya untuk benar-benar berserah diri kepada Allah, meyakini bahwa pertolongan Allah selalu datang selama kita berusaha. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang berusaha,” tuturnya.

Mirsaq juga menilai kegiatan literasi pagi membawa dampak positif bagi kehidupan santri. “Kalau pagi tidak diisi dengan kegiatan produktif, akan ada waktu kosong. Dengan literasi, waktu itu jadi terisi dengan hal bermanfaat, menambah wawasan, dan memperluas cara pandang kita terhadap dunia,” katanya.

Namun, ia juga memberi catatan kecil agar kegiatan ini terus disesuaikan dengan tingkat pemahaman santri.”Beberapa buku masih cukup berat dan banyak istilah asing. Karena kami tidak boleh menggunakan HP, jadi harus mencari maknanya lewat kamus. Tapi secara umum, kegiatan ini sangat baik dan perlu dilanjutkan,” tambahnya.

Membangun Tradisi Intelektual di Lingkungan Pesantren

Kegiatan Literasi Pagi di SQ Wahdah Cibinong menjadi bagian dari upaya membangun tradisi intelektual di lingkungan pesantren modern — tradisi yang tidak hanya menekankan hafalan dan ibadah, tetapi juga penumbuhan daya baca, berpikir reflektif, dan tanggung jawab sosial.

Dr. Syamsuddin menegaskan, literasi bukan sekadar membaca buku, melainkan membaca kehidupan dan menumbuhkan kesadaran spiritual.“Santri harus menjadi pembaca yang hidup. Membaca bukan untuk sekadar tahu, tetapi untuk menjadi lebih baik,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *