Oleh : Nursalam Siradjuddin (Pemimpin Umu WahdahEdumagz)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Dalam upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan ramah anak, Yayasan Pesantren Wahdah Indonesia (YPWI) Pusat terus berkomitmen melakukan langkah-langkah strategis dalam menghadapi tantangan zaman, termasuk meningkatnya risiko bencana sosial yang berkaitan dengan Orientasi dan Perilaku Seksual Menyimpang (OPSM) di lingkungan pendidikan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menyelenggarakan pelatihan Satgas Manajemen Risiko Bencana Sosial (MRBS) yang difokuskan pada pencegahan OPSM di satuan pendidikan.
Alhamdulillah, pada tanggal 12 Juli 2025, YPWI Pusat kembali menggelar pelatihan satuan tugas (Satgas) MRBS-OPSM yang melibatkan 13 satuan pendidikan di bawah YPWI di Makassar. Pelatihan ini menjadi langkah lanjutan setelah pelatihan singkat sebelumnya, dengan harapan dapat memperkuat sistem perlindungan anak dari ancaman perilaku menyimpang yang kini kian marak terjadi, bahkan menyasar lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Pelatihan ini menghadirkan langsung Prof. Dr.Ir. Euis Sunarti, M.Si dari perkumpulan GiGa (Penggiat Keluarga Indonesia), sebuah organisasi yang secara khusus menangani isu-isu keluarga dan pendidikan, serta memiliki perangkat konsep dan implementasi MRBS-OPSM yang telah terbukti relevan dan aplikatif di lingkungan sekolah.
Mengapa MRBS-OPSM Itu Penting?
Ada beberapa alasan mendasar mengapa program MRBS-OPSM ini menjadi sangat krusial bagi dunia pendidikan:
- Melindungi Lingkungan Pendidikan dari OPSM
Kita menyadari bahwa gerakan yang mendorong orientasi dan perilaku seksual menyimpang telah menjadi agenda global. Sasaran utama mereka adalah lembaga pendidikan, terutama yang berbasis Islam. Karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya menolak masuknya pengaruh ini, tetapi juga memastikan bahwa lembaga pendidikan kita telah terproteksi sejak awal. - Upaya Pencegahan sebagai Inti Perlindungan
Pencegahan merupakan inti dari perlindungan. Jika OPSM sudah masuk ke lembaga pendidikan, penanganannya tentu akan jauh lebih kompleks, membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang besar. Oleh karena itu, pendekatan preventif menjadi prioritas utama, karena lebih efektif dan efisien dibanding penanganan pascakejadian. - Ketidaksiapan Lembaga Pendidikan
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas lembaga pendidikan, khususnya yang berbasis agama, belum siap menghadapi kasus-kasus penyimpangan seksual. Mereka belum memiliki sistem, SOP, maupun SDM yang memadai. Hal ini berpotensi menimbulkan penanganan yang keliru atau tidak tuntas. - Dampak Terhadap Tujuan Pendidikan
Jika perilaku menyimpang ini dibiarkan, maka cita-cita pendidikan untuk mencetak generasi yang bertakwa, jujur, adil, dan siap hidup dalam masyarakat global akan sulit tercapai. Bahkan, hal ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan meruntuhkan marwahnya.
Satgas MRBS-OPSM: Pilot Project Menuju Sistem Perlindungan Nasional
Pelatihan yang dilaksanakan selama satu hari penuh ini merupakan bagian dari pilot project pembentukan Satgas di sekolah-sekolah di bawah YPWI. Evaluasi akan terus dilakukan untuk melihat efektivitas pelaksanaan di lapangan. Jika terbukti berhasil, pelatihan serupa akan diperluas ke daerah-daerah lain, seperti Maros, Gowa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, hingga Kalimantan Timur.
Tujuan akhir dari pembentukan Satgas ini adalah membangun komunitas pendidikan yang kuat dan tangguh, yang mampu memagari sekolah-sekolah dari pengaruh LGBT dan perilaku seksual menyimpang lainnya. Bukan hanya menolak masuknya pengaruh tersebut, tapi juga mencegah mendekatnya potensi ancaman ke lingkungan sekolah.
GiGa: Mitra Strategis YPWI dalam Pencegahan OPSM
Dalam pelatihan ini, YPWI secara khusus menggandeng Perkumpulan GiGa (Penggiat Keluarga Indonesia) yang dipimpin oleh Prof. Euis. Kami percaya bahwa GiGa saat ini merupakan organisasi yang concern dan siap secara konsep maupun SDM dalam mengedukasi dan membentuk sistem perlindungan di sekolah-sekolah.
Dengan dukungan tenaga profesional dari GiGa, kami optimis pelatihan ini tidak hanya akan menambah wawasan, tetapi juga memperkuat kesiapsiagaan lembaga pendidikan dalam menghadapi tantangan serius ini.
Penutup
Semoga ikhtiar ini menjadi amal jariyah bagi kita semua. Anak-anak adalah amanah yang harus kita jaga. Mereka berhak tumbuh di lingkungan yang aman, sehat, dan mendukung perkembangan moral serta spiritual mereka. Oleh karena itu, mari kita terus bergerak bersama membangun sistem pendidikan yang benar-benar melindungi generasi masa depan dari ancaman perilaku seksual menyimpang.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.