Oleh: Nursalam Siradjuddin (Pemimpin Umum WahdahEdumagz)
Libur akhir tahun ajaran 2024/2025 kali ini menjadi momen penting bagi bagi guru guru yang berada di bawah Yayasan Pesantren wahdsh Islamiyah (YPWI) dalam memperkuat kompetensi para pendidik, khususnya guru-guru Baca Tulis hafal Qur’an (BTHQ) dan tahfizh di jenjang SD, SMP, SMA, dan pondok pesantren. Di tengah masa jeda pembelajaran ini, digelar sebuah pelatihan intensif bernama “Sekejap”, sebuah program yang bertujuan membekali para guru dengan kemampuan menerjemahkan dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang dihafal oleh murid.
Pelatihan ini bukan sekadar pengayaan semata. Ia merupakan bagian dari upaya sistematis membangun generasi Qurani yang tidak hanya pandai melafalkan, tetapi juga memahami makna dari setiap ayat yang dibaca. Sebab, nilai-nilai Qur’an tak sekadar untuk dihafal, melainkan untuk ditadabburi dan diamalkan.
Dalam kurikulum pendidikan berbasis Islam yang kami terapkan, telah ditetapkan bahwa lulusan SD Islam Terpadu (SDIT) minimal har us menguasai, memahami dan mengamlakna dua juz. S ementara SD Al-Qur’an(SDQu) ditargetkan enam juz. Begitu pula dengan jenjang SMP dan SMA yang juga memiliki target hafalan masing-masing. Namun, di balik capaian itu, ada dimensi lain yang tak kalah penting: pemahaman makna.
Mulai tahun ajaran ini (2025-2026), kami menargetkan bahwa setiap murid yang menyelesaikan pendidikannya di kelas 6 SD, 9 SMP, maupun 12 SMA, tidak hanya lulus dengan hafalan yang baik dan bacaan yang benar sesuai tajwid, namun juga memahami arti dari juz-juz yang mereka hafalkan, seperti Juz 1 dan Juz 30.
Untuk mendukung hal itu, selama tiga hari, yaitu 9 – 11 Juli 2025, YPWI mengumpulkan para guru Tahfizh dan BTHQ dari berbagai jenjang dalam satu tempat untuk mengikuti pelatihan intensif. Pelatihan Sekejap ini dibimbing langsung oleh sang pencetusnya, Ustadz Dr. (HC) Nur Ihsan Muh. Idris,Lc.,MA, seorang pakar dalam metode terjemah Al Qur’an yang memudahkan para guru memahami Al Qur’an secara lebih mendalam. Metode ini, lebih mudah di praktekkan, karena menggunakan warna warna tertentu, nomor, garis bawah dan memiliki irama khas.
Yang menarik, pelatihan ini tidak hanya berlangsung secara tatap muka, tapi juga dilanjutkan dengan 10 sesi pembelajaran daring (online). Dengan demikian, seluruh rangkaian pelatihan dilakukan secara hybrid, menggabungkan pertemuan luring dan daring. Usai menyelesaikan level pertama, para guru akan melanjutkan ke level lanjutan yang dikenal sebagai TOT (Training of Trainers).
Pelatihan ini bukan hanya untuk guru, ke depannya, kami berharap para orang tua juga bisa mengikuti program serupa. Bayangkan, betapa luar biasanya jika ayah, ibu, dan anak-anak bisa duduk bersama selepas maghrib, membuka mushaf, dan saling menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an. Di saat itulah nilai keluarga Qurani tumbu, saling membenahi, saling menguatkan, dan saling mengingatkan.
Inilah cita-cita besar kami, bukan hanya menghasilkan generasi yang hafal Qur’an, tetapi juga memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena sejatinya, Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang harus dimaknai secara utuh bukan hanya oleh anak-anak kita, tetapi juga oleh kita semua, para orang tua, pendidik, dan setiap anggota masyarakat.
Semoga ikhtiar ini diberkahi Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjadi wasilah tumbuhnya keluarga dan masyarakat yang Qur’ani, yang menjadikan kalam Ilahi sebagai nafas dan cahaya kehidupan.