Catatan perjalanan Muhammad Hamka, S.Pd.,M.Pd Kepala Sekolah SMP Quran Wahdah Islamiyah Cibinong Bogor, dalam program Studi Edukasi di Yogyakarta dan Prambanan.
JOGJAKARTA WAHDAHEDUMAGZ.COM — Perjalanan Studi Edukasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Yayasan Pendidikan (LPYP) Wahdah Islamiyah di Yogyakarta membawa kesan. Salah satunya dirasakan oleh Muhammad Hamka, S.Pd., M.Pd., perwakilan dari Sekolah Qur’an (SQ) Wahdah Cibinong, Bogor, yang mengikuti kegiatan selama lima hari, Ahad hingga Kamis (5–9 Oktober 2025).
Hamka menuturkan bahwa kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran berharga tentang bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat tumbuh dengan profesional, mandiri, dan berorientasi pada mutu.
“Alhamdulillah, banyak sekali hal yang kami pelajari. Mulai dari sistem manajemen sekolah, literasi, hingga pengelolaan pesantren yang mandiri. Ini menjadi inspirasi bagi kami untuk terus berbenah,” ungkapnya.
Kemandirian yang Menginspirasi
Salah satu lembaga yang dikunjungi Muhammadiyah Boarding School (MBS) Piyungan Sleman. MBS memiliki 14 unit usaha mandiri yang dikelola langsung oleh pihak pesantren. Hasil dari usaha tersebut digunakan untuk mendukung kebutuhan santri dan pengembangan lembaga tanpa harus bergantung pada bantuan eksternal.
“Pesantren itu mampu membiayai sendiri seluruh kebutuhannya. Semua pembelian dilakukan di lingkungan pesantren melalui unit-unit usaha mereka. Ini bentuk nyata dari kemandirian pendidikan Islam,” ujar Hamka.
Mengagumi Sekolah Tiga Lantai dan Perpustakaan Juara Nasional
Di hari pertama, rombongan berkunjung ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (SMA MUHI), sekolah unggulan yang dikenal dengan inovasi manajemen dan literasinya. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1949 ini memiliki kompleks megah dengan gedung tiga lantai yang mengelilingi seluruh area sekolah.
“Kami pertama kali disuguhi pemandangan perpustakaan yang sangat representatif—salah satu yang pernah meraih juara nasional. Dari situ kami belajar pentingnya menghidupkan budaya literasi di sekolah kami,” tutur Hamka.
Rombongan juga mengikuti sesi berbagi di aula utama bersama kepala sekolah SMA MUHI yang memaparkan perjalanan sekolah sejak 1990-an hingga kini. Tak hanya unggul dalam mutu akademik, sekolah ini juga menerima penghargaan Adiwiyata, sebagai sekolah terbersih di Yogyakarta.
“Ini menjadi inspirasi bagi kami di Wahdah Cibinong agar bisa menata lingkungan sekolah lebih hijau, bersih, dan sehat. Kami berharap suatu saat juga bisa meraih penghargaan seperti itu,” ujarnya.
Belajar dari Sekolah Muhammadiyah Tingkat Dasar
Di hari kedua, peserta mengunjungi SD Muhammadiyah 1 dan 2 Yogyakarta, dua sekolah legendaris yang kini menampung ribuan siswa. Kepercayaan masyarakat yang tinggi membuat sekolah ini terus berkembang.
“Yang menarik, kebersihan sekolah benar-benar luar biasa. Bahkan kamar kecilnya bersih dan wangi, sampai anak-anak betah di sana,” tutur Hamka sambil tersenyum.
Selain itu, perpustakaan SD Muhammadiyah 1 juga pernah menyabet Juara 1 Perpustakaan Nasional Tahun 2009, lengkap dengan penghargaan dan hadiah senilai 25 juta rupiah.
“Ini menunjukkan bahwa semangat belajar dan literasi sudah menjadi budaya di lingkungan sekolah Muhammadiyah. Hal ini yang ingin kami tularkan di SQ Wahdah Cibinong,” tambahnya.
Pelajaran Haru dari Santri Disabilitas
Namun, momen paling menyentuh datang di akhir kunjungan. Rombongan menyaksikan dua santri penyandang disabilitas tampil membaca ayat suci Al-Qur’an dengan penuh ketulusan.
“Kami benar-benar terharu. Anak-anak itu mungkin tidak bisa berbicara dengan lancar, tetapi mereka mampu melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan sangat indah. Kami sampai meneteskan air mata melihatnya,” ungkapnya.
Baginya, pengalaman ini menjadi pelajaran penting tentang kesabaran dan keikhlasan dalam mendidik.“Mendidik bukan hanya soal mengajar, tapi juga soal hati tentang kesabaran, kasih sayang, dan doa yang tak putus untuk murid-murid kita,” ujarnya.
Menanam Semangat Baru
Sepulang dari Yogyakarta, Hamka membawa semangat baru untuk diterapkan di lingkungan SQ Wahdah Cibinong, baik di jenjang SMP maupun SMA. Ia berkomitmen untuk menanamkan nilai-nilai profesionalitas, kebersihan, literasi, dan kemandirian seperti yang ia temukan di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
“Insya Allah, sepulang dari kegiatan ini kami akan berusaha memperkuat budaya mutu dan pengelolaan sekolah yang lebih profesional, tapi tetap berakar pada nilai-nilai Qur’ani,” pungkasnya.
Melalui kegiatan Studi Edukasi ini, para peserta tidak hanya memperoleh ilmu dan strategi pengelolaan lembaga, tetapi juga menumbuhkan semangat baru untuk mengembangkan pendidikan Islam yang mandiri, profesional, dan berjiwa Qur’ani.
Lemari Piala dan Plakat SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta
Papan nama Muhammadiyah Boarding School Piyungan Prambanan Yogyakarta
Suasana disalahsatu sudut di ruang perpustaakn, Para siswa berkelompok untuk pembahasan tugas mereka